Sunday, April 30, 2017

SUMAYYAH BINTI KHABATH, ORANG KETUJUH YANG BERSYAHADAT


Hati Yasir dan Sumayyah yang suci dan bersih memudahkan mereka menerima firman Allah SWT. Sumayyah binti Khabath adalah hamba sahaya milik Abu Huzaifah bin Mughirah. Ia dikenal sebagai Muslimah yang sabar dan rela berkorban demi keimanan.

Suami Sumayyah bernama Yasir. Ia bertemu dengan Yasir di Makkah. Ketika itu, Yasir dan dua saudaranya, al-Harits dan Malik, sedang mencari saudara mereka. Ia hilang sejak beberapa tahun terakhir.

Ketiga pemuda itu mencari hingga ke pelosok dan penjuru berbagai kota, tetapi tak mendapati kabar tentang saudara mereka. Sampai di Makkah, kabar tak jua datang. Al-Harits dan Malik memutuskan untuk pulang. Namun, Yasir mengambil jalan lain. Ia tetap tinggal di Makkah.

Dalam tradisi masyarakat Arab, seorang asing yang ingin menetap di suatu tempat harus mengikatkan perjanjian dengan tokoh ternama di daerah tersebut. Dengan begitu, ia mendapatkan perlindungan dari gangguan masyarakat yang tidak menyukai kehadirannya. Ia juga dapat tinggal dengan tenang dan nyaman di bawah perlindungan sang tokoh.

Di Makkah, Yasir mengikat perjanjian dengan Abu Huzaifan bin al-Mughirah al-Makhzumi. Lelaki ini sangat menyukai Yasir sebab sifatnya yang baik. Tindak tanduknya menyenangkan serta latar belakangnya dari keluarga terhormat.

Untuk memperkuat hubungan dengan Yasir, Abu Huzaifah menikahkan pemuda ini dengan salah seorang budaknya, Sumayyah. Pernikahan mereka berlangsung dengan baik. Dari perkawinan tersebut, mereka dikaruniai seorang putra bernama Ammar bin Yasir. Kehadiran Ammar dalam kehidupan rumah tangga Sumayyah dan Yasir rupanya membawa berbagai keberkahan, terutama dalam hal keimanan mereka.

Suatu hari, Ammar pulang ke rumah dengan langkah cepat. Ia meraih tangan kedua orang tuanya. Ia mengucapkan salam dan membaca ayat suci Alquran di hadapan mereka. Hati Yasir dan Sumayyah yang suci dan bersih memudahkan mereka menerima firman Allah SWT. Tak perlu waktu lama, mereka tergerak untuk masuk Islam. Para ahli sejarah mencatat bahwa Sumayyah merupakan orang ketujuh yang menyatakan Islam ketika itu.

Seperti Muslimin lain sebelum hijrah, Sumayyah dan keluarganya menjalankan perintah Allah SWT dengan diam-diam. Mereka shalat di rumah dan gua-gua agar tidak diketahui kaum Quraisy. Meski demikian, gencarnya pengawasan kafir Quraisy terhadap para sahabat membuat ada saja informasi yang masuk ketika salah satu di antara mereka yang masuk Islam.

Keluarga Sumayyah bukan berasal dari kalangan bangsawan. Sumayyah pun hanya bekas budak yang dimerdekakan tuannya. Statusnya ini membuatnya menjadi incaran kaum Quraisy supaya kembali lagi memeluk agama nenek moyang.

Kabar masuknya Yasir dan keluarganya ke dalam agama Islam menyebar dengan cepat di kalangan Bani Makhzum. Mereka marah besar. Mereka berbondong-bondong mendatangi keluarga kecil itu dan menyiksa keduanya dengan keras.

Salah satu tokoh yang sangat terkenal dalam penyiksaan tersebut adalah Abu Jahal. Kepada orang-orang yang terang-terangan mengaku sebagai Muslim, Abu Jahal memimpin Bani Makhzum untuk menyiksa mereka. Ia juga mengobarkan permusuhan kepada para saudagar yang masuk Islam. Ia berjanji akan menutup pintu-pintu perdagangan yang mereka lakukan.

Walau menghadaapi siksaan bertubi-tubi, Sumayyah tetap tegar dalam menerima cobaan. Ia menghadapi Abu Jahal layaknya seorang pejuang. Ia menolak ancaman Bani Makhzum dan perintah agar kembali pada keyakinan nenek moyang mereka. Penderitaannya mulai berbuah dengan datangnya kabar gembira dari Rasulullah SAW. Beliau mengatakan, Sumayyah dan keluarganya akan memperoleh jaminan masuk surga dari Allah SWT. Tak lama setelah kabar itu datang, kematian menjemput Sumayyah sekeluarga. Mereka menjadi syahid dan syahidah pertama dalam sejarah Islam.

Sumber ; republika.co.id/islamic-center.or.id

Saturday, April 29, 2017

Uwais Al qorni - Bukan Orang Bumi


Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.


"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit.

Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)
CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI


Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: "Cerita ini diambil dari buku '20 Kisah Sahabat dan Thabiin' terbitan Qibla karangan Ummuthoriq el khanzo."
Subhanallah

Sumber:kisahinspiratif.com

Sunday, February 26, 2017

Masya Allah, Ternyata Muhammad Rasulullah itu Gondrong dan Super Ganteng



– Wahai orang orang yang beragama Islam dan beriman, siapa yang tak rindu akan sosok Nabi Muhammad SAW, siapa yang tak berbinar binar bila melihat sosok tersebut.

Indahnya dan nikmatnya bila berjumpa beliau SAW walaupun hanya sekedar bermimpi saat di dunia ini. Dan alangkah bahagianya bila kita yang beriman ini dijinkan Allah untuk bersama Rasul Mulia ini, duduk bersama dan berbicara dengan sosok mulia nan agung ini di surga kelak…

Sebelum bertemu beliau dalam mimpi dunia dan di Surga kelak InsyaAllah, ada perlunya, mengenal wajah dan kegantengan beliau melalui beberapa hadis hadis yang terjaga keshahihannya dibawah ini, agar menambah rasa rindu kita kepada Muhammad bin Abdullah, Rasulullah dan Nabi umat akhir zaman ini…

Dalam Hadis riwayat Al Bukhari menceritakan , Ahmad bin Said Abu Abdillah, menceritakan kepada kami, Ishaq bin Mashur menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dia berkata : Aku mendengar Al Barra bin Azib berkata, Nabi SAW adalah orang yang paling tampan wajahnya, dan paling bagus fisiknya, tidak terlalu tinggi dan tidak pendek.” (HR Bukhari no 3549)

Dalam riwayat hadis Bukhari no 3551, dituliskan : “Nabi SAW adalah orang yang berperawakan sedang, kedua bahunya bidang, dan rambutnya menyentuh kedua daun telinganya. Aku pernah melihat beliau mengenakan jubah merah, tidak pernah kulihat orang lebih tampan darinya.”

Hadis riwayat Ahmad (Musnad Ahmad 4/290, 300 ) pun menukilkan hal yang hampir sama dengan tambahan sebagai berikut : “Aku tidak pernah melihat orang yang memiliki jalinan rambut dan memakai jubah merah yang lebih indah dari rasulullah SAW, rambutnya menyentuh kedua bahunya. Kedua bahunya bidang, beliau tidak tinggi dan tidak pendek.”

Al Bukhari mencatat dalam riwayatnya no 3552 : “Apakah wajah Rasulullah SAW seperti pedang?” , Al Barra menjawab, “Tidak, tapi seperti rembulan.”

Ahmad dalam musnadnya mencatat, Jabir bin Samurah berkata;” Rambut depan Nabi SAW dan janggutnya beruban. Apabila beliau meminyaki rambutnya dan menyisirnya, maka uban tersebut tidak terlihat, tapi bila rambutnya berdebu, uban tersebut terlihat. Rambut dan janggutnya lebat.”

Dalam hadis riwayat Al Baihaqi , menceritakan Abu Ishaq berkata : Kutanyakan kepadanya, “Bagaimana perumpamaan wajah beliau SAW? Perempuan tersebut menjawab, “Seperti bulan purnama, aku belum pernah melihat orang yang seperti beliau, baik sebelum maupun sesudahnya.”

Dalam riwayat lain, dari jalur Ya’qub bin Sufyan “ dari Usamah bin Zaid menceritakan : “ Wahai Puteraku, kalau engkau melihatnya , maka engkau akan melihat seperti matahari terbit.”

Wahai Rasulullah…masyaAllah …semoga kami semua yang beriman dan bertauhid kepada Allah SWT, dan menjaga tauhid tersebut di dada dada kami hingga akhir nafas ditubuh ini agar dapat mendapatkan ganjaran Allah SWT untuk diijinkan bersamamu dan mengenalmu di Surga kelak…Aaamiin.

Dinukil dari Al Bidayah wa an Nihayah – Ibnu Katsir (Dz)/eramuslim.com
Kisah Nabi Khidr alaihi salam Menjadi Budak

Kisah Nabi Khidr alaihi salam Menjadi Budak


Suatu ketika Nabi Khidr AS berjalan di pasar dan bertemu dengan seorang budak mukatab. Melihat penampilannya yang saleh, walau tidak mengenalnya sebagai Nabi Khidr, budak itu berkata, “Bersedekahlah padaku, semoga Allah memberkahi engkau!!”

Tanpa memperkenalkan diri atau membuka identitas dirinya, Nabi Khidr berkata, “Aku percaya bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti akan terjadi, tetapi aku tidak memiliki sesuatu apapun yang bisa kuberikan kepadamu!!”

Related imageSang budak berkata, “Aku meminta kepadamu bi-wajhillah, bersedekalah kepadaku, karena aku melihat wajahmu sebagai orang yang baik (saleh), karena itu aku mengharap berkah darimu!!”

Beliau berkata, “Aku beriman kepada Allah, tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang bisa kuberikan kepadamu, kecuali jika engkau ingin menjual diriku sebagai budak!!”

Budak itu terpana memandang Nabi Khidr seolah tidak percaya, dirinya sendiri sebagai budak, bagaimana mungkin bisa menjual orang merdeka sebagai budak? Kemudian ia berkata, “Apakah hal itu boleh dilakukan??”

Beliau berkata, “Engkau telah meminta kepadaku dengan atas nama Allah Yang Maha Agung, dan aku tidak bisa mengecewakan engkau demi Wajah Tuhanku. Juallah aku, dan pergunakanlah hasilnya untuk memenuhi kebutuhanmu!!”

Budak tersebut adalah budak mukatab, atau disebut juga budak kitabah, yakni yang dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan jika bisa membayar harganya walau dengan mengangsur. Ia juga tidak dibebani pekerjaan tuannya, dan bebas berusaha untuk memperoleh uang penebusan dirinya.

Mendengar penuturan Nabi Khidr tersebut sang budak sangat gembira. Ia segera membawa beliau ke tempat penjualan budak, dan terjual seharga empatratus dirham, cukup untuk membayar pembebasan dirinya. Tinggallah Nabi Khidr bersama ‘tuannya’ yang membelinya, tetapi selama beberapa hari lamanya beliau tidak diperintahkan apa-apa. Tampaknya orang yang membeli beliau itu orang yang baik, ia tidak tega ‘membebani’ beliau dengan pekerjaan karena beliau kelihatan sangat lemah dan berusai sangat tua.

Nabi Khidr merasa tidak enak karena orang itu telah membayar mahal tetapi tidak memperoleh manfaat apa-apa dari dirinya. Suatu ketika tuannya itu akan pergi untuk suatu keperluan, beliau berkata, “Anda telah membeli diriku sebagai budak, maka perintahkanlah pada diriku untuk mengerjakan sesuatu!!”

Orang itu, yang juga tidak mengetahui kalau budak yang dibelinya adalah Nabi Khidr, berkata, “Aku khawatir akan memberatkan dirimu, engkau tampak telah sangat tua dan lemah!!”

Beliau berkata, “Tidak ada sesuatu yang memberatkan diriku!!”

“Baiklah kalau engkau memaksa, “Kata orang itu, “Pindahkanlah batu-batu di halaman ini ke belakang!!”

Di halaman rumah orang itu memang banyak berserak batu-batu yang cukup besar, yang membutuhkan beberapa hari untuk dipindahkan ke belakang rumahnya. Jika dipindahkan dalam satu hari, membutuhkan setidaknya enam orang yang cukup kuat dan kekar. Belum setengah hari, orang itu telah kembali ke rumah dan batu-batu itu telah dipindahkan semuanya ke belakang. Orang itu berkata kepada Nabi Khidr, “Baik sekali pekerjaanmu, sungguh engkau mempunyai kekuatan yang tidak kusangka-sangka!!”

Suatu ketika orang itu memanggil Nabi Khidr dan berkata, “Aku akan pergi beberapa hari lamanya, jagalah keluargaku dengan baik!!”

Beliau berkata, “Baiklah, tetapi perintahkanlah pula aku mengerjakan sesuatu!!”

Orang itu berkata, “Aku khawatir akan memberatkan dirimu!!”

Beliau berkata lagi, “Tidak ada sesuatu yang akan memberatkan diriku!!”

Orang itu terdiam sejenak, ia sungguh tidak tega memberi beban pekerjaan kepada orang yang telah tampak sangat tua tersebut, tetapi karena memaksa, ia berkata, “Jika demikian, buatlah batu bata, aku akan membuat rumah setelah pulang dari perjalanan ini!!”

Tentu saja pekerjaan yang amat mudah bagi Nabi Khidr, bahkan lebih dari itupun beliau bisa melakukannya, karena beliau memang dikarunia Allah berbagai macam karamah. Beberapa hari berlalu, orang itu pulang kembali tetapi ia tidak menemukan tumpukan batu bata, sebaliknya ia melihat suatu rumah cukup megah, sesuai dengan yang direncanakannya, pada tempat yang disiapkannya. Ia tidak mengerti, padahal ia tidak pernah menceritakan gambaran rumah yang ingin dibangunnya kepada siapapun.

Orang itu segera menemui Nabi Khidr di tempatnya, dan berkata, “Aku akan bertanya kepadamu bi-wajhillah, siapakah sebenarnya engkau ini!!”

Nabi Khidr berkata, “Engkau telah bertanya kepadaku dengan kata bi-wajhillah, dan kata bi-wajhillah itulah yang menjadikan aku sebagai budak. Aku sesungguhnya Khidr yang namanya telah sering engkau dengar ……!!”

Kemudian Nabi Khidr menceritakan peristiwa yang beliau alami sehingga menjadi budak, dan beliau menutup ceritanya dengan berkata, “Barang siapa yang diminta dengan perkataan bi-wajhillah, lalu menolak permintaan orang itu padahal ia mampu memberi, maka pada hari kiamat ia akan datang dengan jasad tanpa daging, dan nafasnya akan terengah-engah tanpa henti!!”

Perasaan orang itu bercampur baur antara senang, takut, haru, khawatir, dan berbagai perasaan lainnya. Siapakah orang saleh di masa itu yang tidak ingin bertemu dengan Nabi Khidr? Siapapun pasti menginginkannya, dan tanpa menyadarinya ia telah tinggal bersama beliau selama berhari-hari. Ia berkata, “Aku beriman kepada Allah, dan aku telah menyusahkan dirimu, wahai Nabiyallah, andaikata aku tahu tidak perlu terjadi peristiwa seperti ini!!”

Nabi Khidr berkata, “Tidak mengapa, engkau adalah orang yang baik!!”

Orang itu berkata, “Wahai Nabiyallah, silahkanlah engkau mengatur rumah dan keluargaku sesuka engkau, atau bila ingin bebas dari perbudakan ini, aku akan memerdekakan!!”

Nabi Khidr berkata, “Aku ingin engkau memerdekakan aku, agar aku bisa bebas beribadah kepada Allah!!”

Maka orang itu memerdekakan beliau tanpa syarat apapun, dan Nabi Khidr berkata, “Maha Terpuji Engkau, ya Allah, yang telah mengikat aku dalam perbudakan, kemudian menyelamatkan aku darinya. Ya Allah, semoga Engkau menjadikan kami sebagai orang-orang yang berakhlak baik dan membantu saudara-saudara kami lainnya mencapai surga.”

Wednesday, February 8, 2017

Kabarkanlah ! Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat


Sahabat 1001-Kisah Islami, mungkin kita sering kali mendengar kata sambutan di awal pidato atau saat memulai pengajian dengan kata “ semoga kita mendapat Syafaat dari baginda Rasullullah SAW kelak di hari kiamat”.

Ini adalah sekelumit “kisah Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat ”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.

Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”

Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.”

Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?”

Maka Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS.”

Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”

Maka Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!”

Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”

Maka Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”

Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”

Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Maka Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!”

Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”

Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya akan dikabulkan!”

Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”

Lalu disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”

***

Di dalam kisah ini, Rasulullah SAW juga menceritakan bahwa lebar jarak antara kedua sisi pintu surga itu, bagaikan jarak Makkah dan Hajar, atau seperti jarah Makkah dan Bushro. Hajar adalah nama kota besar pusat pemerintahan Bahrain. Sedangkan Bushro adalah kota di Syam. Bisa kita bayangkan, betapa tebalnya pintu-pintu surga itu..

Itulah sekelumit kisah masa depan ketika hari kiamat. Pada hari itu, Rasulullah SAW memberi syafa’at kepada ummatnya. Pada hari itu Rasulullah SAW menjadi sayyid (tuan)nya manusia. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW. (hudzaifah)

Maraji’ : Hadits Riwayat Bukhari – Muslim.

Sumber : dakwatuna.com

Friday, February 3, 2017

Mengenal Habib Rizieq Shihab


Latar Belakang Keluarga
Habib Muhammad Rizieq Syihab bin Husein Shihab (Pimpinan Front Pembela Islam:FPI) lahir di Jakarta 24 Agustus 1965, ayahnya bernama Sayyid Husein Syihab (alm), dan ibunya bernama Syarifah Sidah Al-Attas. Rumahnya terletak di Jl. Petamburan III No. 83, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di ujung gang rumahnya terdapat sebuah took/warung usaha minyak wangi dan perlengkapan shalat kepunyaan Habib Rizieq.

Ayahnya Sayyid Husein (alm) bersama kawan-kawannya pada tahun 1937 mendirikan PAI atau Pandu Arab Indonesia. Sebuah perkumpulan kepanduan yang didirikan orang Indonesia berketurunan Arab yang berada di Jakarta, yang selanjutnya menjadi PII atau Pandu Islam Indonesia. Di dalam diri Habib Rizieq Syihab mengalir darah Arab dan juga Betawi, status sosial beliau juga sebagai keturunan Habib dan mengaku sebagai keturunan ke-38 Nabi Muhammad SAW. Sebutan lain dari Habib adalah Sayyid. Sayyid (jamak dari Sadah) adalah kata yang berasal dari bahasa arab, yang artinya tuan. Sharif (jamak dari Sharaf) yang artinya dihormati adalah sinonim dari Sayyid. Sayyid adalah gelar dan tertuju kepada seseorang atau kelompok. Gelar ini identik untuk laki-laki, untuk perempuan adalah Sayyidah atau Syarifah. Sayyid tertuju kepada orang arab, khususnya yang mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad melalui cuu Beliau, Husein (anak dari Fatimah Az-Zahrah dan Ali bin Thalib).

Beliau menikah pada 11 September 1987 dengan Syarifah Fadhlun yang masih berasal dari keluarga dan kalangan Habib. Dari hasil pernikahannya, Beliau dikarunia lima orang anak : Rufaidah Shihab, Humairah Shihab, Zulfa Shihab, Najwa Shihab, dan Mumtaz Shihab. Kelima anaknya disekolahkan di Jami’at Khair, dan juga didatangkan guru privat (ilmu agama dan umum).

Selain berjualan minyak wangi dan perlengkapan shalat, Habib Rizieq juga berdakwah dan mengajar di Jami’at Khair. Di rumahnya setiap malam Jum’at diadakan pengajian yang dimulai dari pukul 17.30 sampai 20.30, wirid yang dilafadzkan adalah Wirid al-Lathif dan Ratib Al-Haddad. Dua macam wirid ini populer di kalangan tarekat Haddadiyah , yang namanya diambil dari Sayyid atau Habib Abdullah al-Haddad, yang dinisbahkan kepada Imam Alawi bin Ubaidillah putra Imam Ahmad al-Muhajir yang dipandang sebagai founding father kaum Hadhrami, kelompok Sayyid yang berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan. Tarekat yang dianut oleh para Habaib adalah tarekat Alawiyyin/Alawiyyah, yang berasal dari kata Ba Lawi yaitu suatu marga yang berasal Sayyid Muhammad bin Alawi. Tarekat ini berbeda dengan tarekat lain pada umumnya, perbedaan itu dapat dilihat dari praktiknya yang tidak menekankan segi riyadhah (olah rohani) dan kezuhudan melainkan lebih menekankan kepada amal, akhlak, dan beberapa wirid serta dzikir ringan.

Dari perspektif sejarah, kelompok Sayyid yang sekarang ada di Indonesia berasal dari Hadramaut. Hadramaut adalah salah satu provinsi di Yaman Selatan. Pada tahun 1885, orang Hadramaut yang berada di Indonesia berjumlah 20.000 orang, 10.888 berada di Jawa dan Madura, dan 9.613 berada di pulau lain. Tahun 1905, orang Hadramaut bertambah menjadi 30.000 orang. 19.148 berada di Jawa dan Madura, dan 10.440 berada di pulau lain. Menjelang tahun 1934, sekitar 20 sampai 30 persen orang Hadramaut menetap di Hindia Belanda (Indonesia), Afrika Utara, dan negara-negara laut merah. Orang Hadramaut umumnya tinggal di sekitar pantai, kota-kota besar seperti Batavia (Jakarta), Pekalongan, Semarang, dan Surabaya serta Palembang.

Riwayat Pendidikan
Pendidikannya sekolahnya dimulai di SDN 1 Petamburan, SMP 40 Pejompongan, SMP Kristen Bethel Petamburan Jakarta, SMAN 4 Gambir, dan SMA Islamic Village (Tangerang) sampai pada tahun 1982. Kemudian tahun 1983 kuliah di LIPIA selama setahun kemudian Habib mendapat beasiswa dari OKI untuk melanjutkan studi S1 di King Saud University, jurusan Dirasah Islamiyah, Fakultas Tarbiyah. Tahun 1990 Habib Rizieq berhasil menyelesaikan studinya dan sempat mengajar di sebuah SLA di Riyadh selama 1 tahun lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1992. Beliau juga sempat melanjutkan studi program Master (S2) di Universitas Anta Bangsa, Malaysia namun hanya sampai 1 tahun dan Beliau kembali ke Indonesia untuk melanjutkan dakwahnya.

Karier Habib Rizieq Syihab
Selain mengisi pengajian-pengajian, Habib Rizieq juga pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Jami’at Khair sampai tahun 1996. Walaupun sudah tidak menjabat sebagai kepala sekolah, Beliau masih aktif mengajar di sekolah tersebut sebagai guru bidang fiqih atau ushul fiqh. Pengalaman organisasinya dimulai ketika Beliau menjadi anggota Jami’at Khair, ormas berbasis keturunan Arab dan Habib. Habib Rizieq juga pernah menjabat Dewan Syari’at BPRS At-Taqwa, Tangerang. Sebelum menjadi Ketua FPI, beliau pernah menjadi pimpinan atau pembina sejumlah majlis ta’lim se-Jabodetabek lalu dari mulai berdirinya FPI (tahun 1998) sampai 2002 menjabat sebagai Ketua Umum FPI, dan dari 2003 sampai sekarang menjabat sebagai Ketua Majelis Tanfidzi FPI.

Peran Habib Rizieq Dalam Tubuh FPI
FPI merupakan sebuah organisasi yang memiliki struktur. Adanya struktur menunjukkan bahwa hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya merupakan suatu ikatan atas-bawah secara hierarkis. Relasi atas-bawah itu berlangsung dalam sistem komando, dengan posisi puncak ditempati oleh Habib Rizieq. Selain sebagai pusat komando, Habib Rizieq juga merupakan sebagai pusat wacana. Ide dan gagasan yang berkembang dalam tubuh FPI berasal dari Habib Rizieq. Bagi kalangan pengikut FPI, buku Dialog Amar Ma’ruf Nahi Munkar bisa dikatakan sebagai kitab suci bagi kalangan pengikut FPI.

Posisi Habib Rizieq di posisi puncak komando dan wacana semakin kuat, hal ini dikarenakan adanya pencitraan positif terhadap dirinya dari para pengikut FPI tanpa disadari oleh diri Habib Rizieq sendiri. Pencitraan positif ini juga dikolerasikan dengan keimanan, pengetahuan, dan keberanian. Konsistensi (istiqamah) adalah refleksi keimanan; karya tulis, pendidikan tinggi, dan kedalaman ilmu adalah bukti keilmuan; tak gentar menghadapi tantangan dan resiko walau harus masuk penjara adalah bukti keberanian. Di mata pengikutnya, Habib Rizieq memiliki semua sifat dan citra positif ini.

Dalam kehidupan sehari-hari Habib Rizieq hidup sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat dari rumah Beliau yang kecil dan berada di gang kecil, itu pun masih mengontrak. Mobil yang Beliau gunakan pun masih kredit atau cicilan, padahal Beliau sangat mungkin untuk hidup secara kaya dan mewah dari jaringan social dan posisi yang Beliau pegang. Namun semua itu ditolak oleh Habib Rizieq untuk menikmati itu semua dan lebih memilih hidup apa adanya sambil terus berjuang.
Pilihan hidup ini membuat dan mempertahankan kedekatan jarak sosial Habib Rizieq dengan para pengikutnya sehingga Beliau tetap berada dalam kelas sosial budaya tdengan para pendukungnya. Dengan kata lain, pilihan Beliau untuk tetap hidup apa adanya menjaga Habib Rizieq berada dalam akar budaya dan sosial para pengikutnya.
Pencitraan positif ini telah menjadi bagian dari alat reproduksi pengaruhnya. Kenyataan lain yang membuat menguatnya citra positif Habib Rizieq di kalangan pengikutnya adalah adanya kedekatan Habib Rizieq dengan beberapa tokoh politik, pejabat, dan militer. Ada kebanggan di hati para pengikutnya ketika mereka tahu bahwa Habib Rizieq mempunyai relasi dengan Jendral Wiranto, Mayjen Jaja Suparman, Irjen Noegroho Djayusman, dan beberapa pejabat tinggi negara. Kebanggan ini telah memperkuat wibawa dan pengaruh Habib Rizieq.
Relasi kuasa di FPI terpusat pada satu orang atau satu tokoh, yaitu Habib Rizieq. Jika seseorang membicarakan FPI berarti orang tersebut juga sedang membicarakan Habib Rizieq, jika seseorang membicarakan Habib Rizieq berarti orang tersebut juga sedang membicarakan FPI. FPI merupakan transformasi dari Habib Rizieq, bisa dikatakan bahwa Habib Rizieq adalah FPI.

Kini Habib Rizieq harus berhadapan dengan berbagai macam kasus yang menjeratnya menjadi tersangka atas pelecehan Pancasila yang dituduhkan kepada beliau. Yang sebelumnya beliau sangat gigih berjuang untuk menyelamatkan negeri ini dari penguasa yang zholim dan dari paham komunisme serta menuntut keadilan kepada penguasa negeri ini agar penista agama diadili dan dipenjarakan dengan menggelar aksi damai bela Islam 411 dan 212 yang diikuti lebih dari 7 juta umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia yang berlangsung beberapa bulan yang lalu di Jakarta secara damai dan berhasil mempersatukan umat Islam di Indonesia bahkan dunia dengan adanya penistaan Al-Quran yang dilontarkan oleh calon gubernur Jakarta yang notabenenya adalah orang kafir yang beragama Kristen dengan sengaja mengutip surah Al-Maidah ayat 51 untuk memengaruhi masyarakat yang berada di Kepulauan Seribu agar tidak dibohongi oleh orang pakai surah Al-Maidah ayat 51 yang mengatakan umat Islam haram memilih pemimpin kafir. Namun sampai sekarang kasusnya hukumnya tak kunjung ada penyelesaian walau penista itu telah menyandang status terdakwah, tetapi dia tetap leluasa bebas dan tidak ditahan.


Habib Rizieq, FPI, dan ulama yang lurus dinegeri ini terus diserang oleh orang-orang yang bukan saja membenci Habib Rizieq sebagai pembina Front Pembela Islam,tetapi juga datang dari orang-orang yang anti Islam, baik dari kalangan orang-orang kafir juga datang dari kaum munafik.

Semoga Habib Rizieq dan para ulama serta umat Islam mendapatkan keredhoan dan kemenangan dari Allah, sehingga dapat menegakkan kalimat tauhid dibumi Indonesia yang kita cintai ini dan menjadikan negeri ini, negeri yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur dalam naungan Syariat Islam untuk mewujudkan cita-cita luhur para ulama terdahulu yang berjuang bukan hanya melawan penjajah, tetapi mengembalikan nilai-nilai moral keIslaman yang dirampas oleh penjajah dan menggantinya dengan ideologi dan hukum mereka.


Semoga bermanfaat dan salam cinta kepada semua kaum muslimin agar tetap Istiqomah dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Sesungguhnya yang haq itu akan menang dan yang batil itu akan lenyap dan keadilan itu akan tegak serta kezholiman itu akan musnah dengan pancaran cahaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Saturday, January 28, 2017

Maria Ester Roman: Aku Menemukan Kedamaian Dalam Islam


Apa yang kualami saat ini berawal ketika aku masih berusia 20 tahun. Saat itu aku masih menyandang status sebagai mahasiswi. Aku mendengar tentang Islam dari beberapa temanku yang muslim.

Saat itulah pertama kali aku tahu, ada agama yang demikian. Karena rasa penasaran yang ada pada diriku, dan juga dikarenakan aku mulai mempertanyakan kebenaran agamaku, Katolik, aku mulai mempelajari Islam.

Aku mengajukan beberapa pertanyaan kepada temanku itu. Setiap pertanyaanku selalu berhasil mereka jawab. Semakin banyak yang kupelajari dan kuketahui, semakin bertambah pula keyakinanku akan kebenaran agama ini. Keputusan untuk memeluk agama ini pun datang begitu cepat, hanya dalam empat bulan saja. Namun hal itu tidak mudah.

Tentu tidak mudah mengganti identitas diri yang seumur hidup telah kupegang. Bukan karena aku tidak mau, tapi karena orang-orang telah mengenalku dengan identitas tersebut. Sulit bagiku untuk meyakinkan mereka bahwa cara pandangku, cara interaksiku (antara laki-laki dan perempuan, dll.), penampilanku, dll. akan berubah secara total.

Aku telah menekuni dunia modeling sejak masih sangat muda, saat usiaku 14 tahun. Dan entah bagaimana, aku mencintai dunia tersebut. Aku suka jadi pusat perhatian, menyukai kompetisi, kegelamoran, dan tata rias. Dengan segala pencapaian dan kesuksesanku di bidang itu, entah mengapa aku merasa ada yang salah. Ada sesuatu yang hilang, tapi aku tidak mampu mengetahui dengan tepat perasaan itu. Aku tidak mengetahui apa yang membuatku merasa hampa. Namun tidak lama kemudian aku sudah merasakan ketenangan dan kedamaian dengan kondisiku sekarang ini sebagai seorang muslimah.

Memeluk Islam

Aku telah mempertimbangkan beberapa opsi untuk diriku. Aku ingat kala itu aku sedang mengenakan toga wisudaku, lalu aku berkata pada diriku sendiri “Apa yang akan kulakukan setelah ini?”

Lalu di hari berikutnya, aku mengunjungi temanku dan kucurahkan semua kegelisahanku kepadanya. Saat aku hendak pulang, ia menutup nasihatnya dengan mengatakan, “Jangan khawatir Maria, ingatlah apa yang telah engkau lalui dan kemana engkau akan menuju. Tuhan pasti akan membimbingmu dengan cahaya hidayah-Nya”.

Saat ia menyelesaikan kalimatnya, aku membuka pintu meninggalkan rumahnya. Saat kubuka pintu, sinar matahari yang begitu kuat menerangiku. Aku mengartikan hal itu sebagai jawaban dari kegelisahanku. Saat itu juga kuputuskan untuk memeluk Islam. Di tempat itu, saat itu juga.

Reaksi Keluarga dan Teman

Sebagaimana prediksiku, kedua orang tuaku terkejut dengan apa yang telah terjadi padaku. Mereka tidak bisa memahami mengapa aku mengambil keputusan demikian. Namun mereka berusaha menenangkan diri untuk tidak berlebihan menyikapi hal itu.

Setelah beberapa tahun, akhirnya orang tuaku mulai memahami dan menerima kenyataan tentang diriku. Ketika mereka memasak daging babi, maka ibuku membuatkan menu khusus untukku. Ia juga selalu memberitahuku untuk mengenakan hijab di rumah, apabila ada tamu yang berkunjung.

Selain itu, ajaran Islam juga membuatku semakin patuh kepada kedua orang tuaku. Aku mulai mengerti dan menghargai kerja keras mereka sebagai generasi pertama orang Puerto Rico yang hijrah ke Amerika.

Teman-temanku banyak yang membujukku untuk berubah pendirian dari Islam. Namun aku selalu memohon istiqomah kepada Allah. Dan Allah pun menolongku. Aku tidak menyesal dan –insya Allah- tidak pernah merasa menyesal dengan pilihanku ini.

Aku merasa muak dengan kehidupanku sebelumnya. Dan saat ini, aku benar-benar telah menemukan kedamaian. Alhamdulillah, aku memiliki kesempatan dan aku telah memilih dan memanfaatkan kesempatan tersebut.

Islam membuatku menjadi pribadi yang rendah hati. Aku merasa lebih sederhan dan kesucianku lebih terjaga.

(fath/kisahmuslim.com/arrahmah.com/1001-Kisah Islami.com)